GARUDASAKTINEWS.COM-Staf khusus (Stafsus) Menteri Agama Farid F Saenong mengatakan, salah satu indikator moderasi beragama adalah penghargaan terhadap kearifan lokal. Hal itu, kata Farid, justru menjadi modal diplomasi Indonesia di dunia internasional.
“Kita bangsa besar, dari Aceh hingga Papua, sama jauhnya dengan London ke Turki yang melakui banyak negara. Jika agama dijalankan dengan arif sesuai budaya lokal, maka Indonesia bisa menunjukkan bahwa agama dan demokrasi negara mampu berjalan berdampingan,” ujar Farid saat bicara pada Pelatihan Penguatan Moderasi Beragama bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Provinsi Lampung, Kamis (4/9/2025).
Pelatihan ini berlangsung di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Lampung 2–4 September 2025. Farid menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai benteng mencegah intoleransi, baik di kalangan sipil, ASN maupun militer.
Farid menyebut, dalam sejarah dunia, ancaman kudeta kerap muncul dari kelompok bersenjata dan garis keras. Karena itu, menurut dia, pelatihan ini menjadi modal penting bagi ASN untuk menumbuhkan sikap moderat.
“Bapak-Ibu memiliki bekal kuat untuk mencegah tindakan intoleran dan ekstremisme,” ujarnya.
Ia juga menegaskan Kementerian Agama memiliki tanggung jawab menjaga seluruh umat beragama di Indonesia terutama umat islam agar tetap autentik, berakar pada budaya, dan menghargai kearifan lokal. Menurutnya, kelompok moderat menjadi pilar utama dalam menjaga demokrasi dan stabilitas sosial Indonesia.
“Kita beruntung memiliki kelompok tengah yang kuat. Saat krisis 1998, misalnya, potensi kekacauan bisa saja melahirkan kekacauan yang dahsyat dan berkepanjangan, tetapi karena ada kekuatan moderat, hal itu mampu diredam,” (AL\ARMY)












