garudasaktinews.com – Sukabumi, Kondisi puluhan hektare lahan pertanian di Kadusunan Leuwipendeuy dan Kadusunan Padabeunghar, Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, yang sudah lima tahun terakhir terbengkalai, akhirnya memantik perhatian serius berbagai pihak, termasuk Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi.
Sekitar 50 hektare sawah dilaporkan mengalami kekeringan akibat rusaknya saluran irigasi Jantreng, yang sebelumnya menjadi tumpuan pengairan utama warga. Kerusakan tersebut disebabkan oleh bencana banjir yang melanda kawasan tersebut beberapa tahun lalu, dan hingga kini belum mendapatkan penanganan secara menyeluruh.
“Lahan ini sangat potensial untuk mendukung ketahanan pangan lokal, namun kondisinya tidak bisa digarap karena kekurangan pasokan air. Sudah lama warga berharap adanya perbaikan,” ujar salah satu tokoh masyarakat setempat.
Menanggapi persoalan ini, Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi melalui Bidang Prasarana dan Penanggulangan Bencana Pertanian menyatakan telah mengambil langkah konkret. Gilar M. Akmal, selaku Kepala Bidang, menuturkan bahwa pihaknya telah mengusulkan pembangunan kembali jaringan irigasi Jantreng ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Kami sudah menyampaikan usulan resmi ke Kementerian PUPR agar saluran irigasi yang rusak bisa segera dibangun kembali. Ini menjadi prioritas karena menyangkut keberlangsungan usaha tani masyarakat,” jelas Gilar.
Selain itu, Dinas Pertanian juga tengah mengkaji solusi sementara, seperti penggunaan pompa air atau teknologi irigasi alternatif, guna mendukung masa tanam sambil menunggu realisasi pembangunan saluran irigasi permanen dari pemerintah pusat.
Langkah cepat ini diapresiasi oleh warga dan kelompok tani setempat yang selama ini hanya bisa mengandalkan musim hujan sebagai sumber pengairan, yang tentu tidak cukup untuk menunjang pertanian secara berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi berharap, dengan dukungan berbagai pihak, perbaikan irigasi Jantreng dapat segera direalisasikan, sehingga ratusan petani di wilayah tersebut bisa kembali mengolah lahannya, meningkatkan produksi pertanian, dan memperkuat ketahanan pangan daerah.
